Menjelang akhir abad ke-19 perusahaan-perusahaan periklanan
yang dimiliki dan dikelola oleh Cina keturunan mulai
bermunculan. Resesi ekonomi yang melanda dunia
tahun 1890 rupanya berdampak sangat buruk bagi
dunia usaha. Termasuk banyak percetakan pers milik
orang-orang Belanda. Peluang inilah yang ternyata
mampu dimanfaatkan oleh kelompok Cina keturunan.
Pelopor periklanan dari kelompok ini adalah
Yap Goan Ho,
yang memiliki perusahaan periklanan sendiri di Batavia.
Yap Goan Ho sebelumnya adalah seorang copywriter di
perusahaan periklanan De Locomotief. Perusahaan
periklanannya diberi nama Yap Goan Ho, mulanya
dikontrak olah suratkabar berbahasa Melayu, Sinar
Terang (terbit 1888-1891). Perusahaan periklanan
ini hanya bertahan tiga tahun, akibat bangkrutnya suratkabar
Sinar Terang.
Orang pribumi yang memiliki percetakan dan suratkabar, baru
pada tahun 1906 dengan munculnya NV Medan Prijaji. Tiras
suratkabar yang dipimpin oleh
RM Tirto Adisoerjo
ini utamanya beredar di Batavia, Bogor dan
Bandung. Suratkabar ini sebenarnya punya misi
politik, karena banyak memuat berita-berita tentang
kebobrokan sistem kolonial. Dia sekaligus memberi juga perlindungan
hukum bagi kaum pribumi. Namun untuk menjaga
kelangsungan hidupnya, ia memerlukan juga
perusahaan periklanan. Orang yang mengelola
perusahaan periklanan Medan Prijaji adalah Raden
Goenawan.
Tokoh periklanan pribumi yang sangat patut diperhitungkan adalah
Tjokroamidjojo.
Dia memimpin NV Handel Maatschppij dan Drukkerij
“Serikat Dagng Islam”, Semarang, yang menerbitkan
suratkabar Sinar Djawa. Suratkabar ini merupakan
suratkabar pribumi yang dapat bertahan agak lama (1914-1924).
Karir Tjokroamidjojo dimulai dengan bekerja sebagai pembantu
redaksi di suratkabar De locomotief pada tahun 1906.
Kemudian menjadi penulis naskah iklan di suratkabar
Pemberita Betawi. Pada tahun 1908 dia mendirikan
perusahaan batik di Pekalongan. Dari hasil
perusahaan batik ini, dia membeli perusahaan penerbitan
dan percetakan di Semarang.
Perintis periklanan ini bernama
Nuradi.
Lahir di Jakarta, tanggal 10 Mei 1926. Seperti
juga banyak pelaku periklanan modern, Nuradi pun
tidak memperoleh pendidikan formal di bidang periklanan.
Tahun 1946-1948 ia masuk Fakultas Hukum, Universitas
Indonesia (darurat). Kemudian masuk Akademi
Dinas Luar Negeri Republik Indonesia
(1949-1950). Tahun-tahun berikutnya dia banyak
mengenyam pendidikan di Amerika Serikat. Dia menjadi orang
Indonesia pertama
yang diterima di Foreign Service Institute, US State Department,
Washington DC. Selanjutnya belajar penelitian sosial di
New School, New York (1952-1954) dan menyelesaikan
studi bidang administrasi publik di Harvard
University, Cambridge, Massachusetts. Kemudian
selama setahun belajar bahasa di Universitas Sorbone
dan Universitas Besancon,
Perancis.Tahun
1945, dia juga dikenal sebagai orang pertama diangkat
sebagai pegawai negeri di Departemen Luar Negeri dan di Departemen
Penerangan. Yang terakhir ini, karena ia juga
menjadi penyiar siaran Bahasa Inggris di Radio
Republik Indonesia. Antara tahun 1946-1950, dia
menjadi juru bahasa pribadi untuk Bung Karno, Bung
Hatta dan Ir. Juanda dan tahun 1949 sempat menjadi
kepala bagian penerjemah pada delegasi Indonesia ke Konperensi
Meja Bundar di Den Haag, Negeri Belanda. Tahun 1950 dia
ditunjuk untuk menjalankan misi khusus ke Uni
Soviet dan menjadi anggota perwakilan tetap
Indonesia di markas PBB, New York. Karier sebagai
pegawai negeri telah membawanya terlibat dalam banyak
lagi tugas sebagai anggota delegasi, baik untuk kepentingan
nasional, maupun internasional. Dia mengundurkan diri dari
Dinas Luar Negeri pada tahun 1957, untuk bergabung
dengan Perwakilan PRRI Sementara untuk Singapura
dan Hongkong.
Perjalanan hidup Nuradi di dunia periklanan dimulai ketika
tahun 1961-1962 mengikuti Management Training Course di SH
Benson Ltd., London, perusahaan periklanan terbesar
di Eropa saat itu. Sedangkan pengalaman praktek
periklanan diperolehnya melalui cabang perusahaan
tersebut di Singapura. Sekembalinya ke Jakarta
(1963) dia mendirikan perusahaan periklanannya
sendiri, InterVista Advertising Ltd..
MERINTIS PERIKLANAN DI TV
Keberadaan TV sebagai media baru di Indonesia sejak bulan
Agustus 1962, telah merangsang Nuradi untuk juga menjadikannya
wahan periklanan. InterVisa tercatat sebagai
perintis masuknya iklan-iklan komersial di TVRI.
Tahun 1963, tiga iklan pertama (yang masih
berbentuk telop) di media ini, adalah untuk klien-klien
berikut:
- Hotel Tjipajung, yang kebetulan milik ayahnya sendiri.
- PT Masayu, produsen alat-alat berat dan truk.
- PT Arschoob Ramasita, yang dimiliki oleh Judith Roworuntu,
sekaligus menjadi pembuat gambar untuk iklan-iklan
InterVista.
Setahun setelah itu, muncul iklan skuter Lambretta. Tetapi
kali ini, sudah digunakan bentuk slide, yang juga merupakan
rintisan saat itu.
Iklan Lambretta pun merupakan iklan pertama yang diproduksi untuk dapat ditampilkan di bioskop-bioskop. Ini merupakan prestasi tersendiri pula bagi InterVista.
Menurut Nuradi, kekuatan InterVista terletak
justru pada akar budidaya Indonesianya. Pendapat
ini mungkin benar, kalau kita perhatikan beberapa
slogan yang diciptakan InterVista, seperti:
- Produk susu kental manis; Indomilk …. sedaaap.
- Produk bir; Bir Anker. Ini Bir Baru, Ini Baru Bir.
- Produk rokok putih; Makin mesra dengan Mascot.
- Produk skuter; Lebih baik naik Vespa.
Periode tahun 1963-1967 InterVista juga tercatat sebagai perusahaan
periklanan pertama yang melakukan adaptasi terhadap
film iklan yang berbahasa Inggris, meskipun proses
produksi akhirnya masih dikerjakan di Singapura.
Bahkan pada periode ini, InterVista sudah memiliki
sendiri sutradara untuk membuat film-film iklan
para kliennya. Salah satu film iklan yang sangat sukses saat
itu adalah iklan Ardath.
KERJASAMA DENGAN ASING
Meskipun InterVista dianggap sebagai perusahaan periklanan
modern pertama di Indonesia, namun ia ternyata bukanlah yang
pertama melakukan kerjasama dengan perusahaan
periklanan asing. Karena tahun 1960, Franklyn,
perusahaan periklanan milik orang Belanda yang
kemudian berganti nama menjadi Bhineka, sudah
bekerjasama dengan Young & Rubicam, salah satu perusahaan
periklanan raksasa dari Amerika.
Mengenai kerjasama dengan asing ini Nuradi merupakan salah
satu tokoh yang sangat kuat mempertahankan
ke-Indonesia-annya.
“Ini bisa mengantjam
pertumbuhan pers nasional”, katanya, dan “biro-biro
iklan internasional yang berkeliaran di Jakarta
dalam waktu dekat bisa memaksa pers di Indonesia
mendjadi sematjam djuru-bitjara kaum industrialis besar”, lanjutnya.*( Majalah Tempo, 25 Maret 1972. )
Pada saat itu, memang terjadi semacam gelombang “anti
biro iklan asing” pada banyak perusahaan periklanan nasional.
Peraturan Pemerintah yang melarang masuknya modal asing
dalam industri periklanan pun sudah ada. Namun
penggunaan tenaga asing masih dimungkinkan,
meskipun terbatas pada tiga jabatan saja.
Jabatan-jabatan yang dianggap belum sepenuhnya dapat
diisi oleh tenaga-tenaga Indonesia ini adalah
Advertising
Consultant (konsultan periklanan di perusahaan periklanan),
Advertising Technical Adviser (penasehat teknis di
perusahaan periklanan), dan Advertising Manager
(manajer periklanan di perusahaan pengiklan).
Ironisnya, pada era-globalisasi dan meredanya “gelombang
anti perusahaan periklanan asing” saat ini, justru jabatan
Technical Adviser merupakan satu-satunya jabatan yang
masih diijinkan. Mungkin suatu indikasi terjadinya
peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia
dalam industri periklanan nasional.
Selain Bhineka, perusahaan periklanan Fadjar Kamil juga
menjalin kerjasama dengan Mc Cann-Erickson, perusahaan
periklanan raksasa lain, yang juga dari Amerika
Serikat. Namun sulitnya memperoleh tenaga terlatih,
kemudian telah memaksa pula Nuradi dengan
InterVisa-nya melunakkan sikap untuk bekerjasama dengan
perusahaan asing. Kebetulan, dia memilih Mc Cann-Erickson
juga sebagai mitranya. Sukses Nuradi, membawa InterVisa
nyaris ke puncaknya, meskipun bukan dalam hal
omset*. Nuradi patut merasa bangga, bahwa
InterVista tercatat sebagai perusahaan periklanan
yang sangat disegani, dan unggul dalam hal mutu
karya-karyanya.
Perintis periklanan ini bernama
Nuradi.
Lahir di Jakarta, tanggal 10 Mei 1926. Seperti
juga banyak pelaku periklanan modern, Nuradi pun
tidak memperoleh pendidikan formal di bidang periklanan.
Tahun 1946-1948 ia masuk Fakultas Hukum, Universitas
Indonesia (darurat). Kemudian masuk Akademi
Dinas Luar Negeri Republik Indonesia
(1949-1950). Tahun-tahun berikutnya dia banyak
mengenyam pendidikan di Amerika Serikat. Dia menjadi orang
Indonesia pertama
yang diterima di Foreign Service Institute, US State Department,
Washington DC. Selanjutnya belajar penelitian sosial di
New School, New York (1952-1954) dan menyelesaikan
studi bidang administrasi publik di Harvard
University, Cambridge, Massachusetts. Kemudian
selama setahun belajar bahasa di Universitas Sorbone
dan Universitas Besancon,
Perancis.Tahun
1945, dia juga dikenal sebagai orang pertama diangkat
sebagai pegawai negeri di Departemen Luar Negeri dan di Departemen
Penerangan. Yang terakhir ini, karena ia juga
menjadi penyiar siaran Bahasa Inggris di Radio
Republik Indonesia. Antara tahun 1946-1950, dia
menjadi juru bahasa pribadi untuk Bung Karno, Bung
Hatta dan Ir. Juanda dan tahun 1949 sempat menjadi
kepala bagian penerjemah pada delegasi Indonesia ke Konperensi
Meja Bundar di Den Haag, Negeri Belanda. Tahun 1950 dia
ditunjuk untuk menjalankan misi khusus ke Uni
Soviet dan menjadi anggota perwakilan tetap
Indonesia di markas PBB, New York. Karier sebagai
pegawai negeri telah membawanya terlibat dalam banyak
lagi tugas sebagai anggota delegasi, baik untuk kepentingan
nasional, maupun internasional. Dia mengundurkan diri dari
Dinas Luar Negeri pada tahun 1957, untuk bergabung
dengan Perwakilan PRRI Sementara untuk Singapura
dan Hongkong.
Perjalanan hidup Nuradi di dunia periklanan dimulai ketika
tahun 1961-1962 mengikuti Management Training Course di SH
Benson Ltd., London, perusahaan periklanan terbesar
di Eropa saat itu. Sedangkan pengalaman praktek
periklanan diperolehnya melalui cabang perusahaan
tersebut di Singapura. Sekembalinya ke Jakarta
(1963) dia mendirikan perusahaan periklanannya
sendiri, InterVista Advertising Ltd..
MERINTIS PERIKLANAN DI TV
Keberadaan TV sebagai media baru di Indonesia sejak bulan
Agustus 1962, telah merangsang Nuradi untuk juga menjadikannya
wahan periklanan. InterVisa tercatat sebagai
perintis masuknya iklan-iklan komersial di TVRI.
Tahun 1963, tiga iklan pertama (yang masih
berbentuk telop) di media ini, adalah untuk klien-klien
berikut:
- Hotel Tjipajung, yang kebetulan milik ayahnya sendiri.
- PT Masayu, produsen alat-alat berat dan truk.
- PT Arschoob Ramasita, yang dimiliki oleh Judith Roworuntu,
sekaligus menjadi pembuat gambar untuk iklan-iklan
InterVista.
Setahun setelah itu, muncul iklan skuter Lambretta. Tetapi
kali ini, sudah digunakan bentuk slide, yang juga merupakan
rintisan saat itu.
Iklan Lambretta pun merupakan iklan pertama yang diproduksi untuk dapat ditampilkan di bioskop-bioskop. Ini merupakan prestasi tersendiri pula bagi InterVista.
Menurut Nuradi, kekuatan InterVista terletak
justru pada akar budidaya Indonesianya. Pendapat
ini mungkin benar, kalau kita perhatikan beberapa
slogan yang diciptakan InterVista, seperti:
- Produk susu kental manis; Indomilk …. sedaaap.
- Produk bir; Bir Anker. Ini Bir Baru, Ini Baru Bir.
- Produk rokok putih; Makin mesra dengan Mascot.
- Produk skuter; Lebih baik naik Vespa.
Periode tahun 1963-1967 InterVista juga tercatat sebagai perusahaan
periklanan pertama yang melakukan adaptasi terhadap
film iklan yang berbahasa Inggris, meskipun proses
produksi akhirnya masih dikerjakan di Singapura.
Bahkan pada periode ini, InterVista sudah memiliki
sendiri sutradara untuk membuat film-film iklan
para kliennya. Salah satu film iklan yang sangat sukses saat
itu adalah iklan Ardath.
KERJASAMA DENGAN ASING
Meskipun InterVista dianggap sebagai perusahaan periklanan
modern pertama di Indonesia, namun ia ternyata bukanlah yang
pertama melakukan kerjasama dengan perusahaan
periklanan asing. Karena tahun 1960, Franklyn,
perusahaan periklanan milik orang Belanda yang
kemudian berganti nama menjadi Bhineka, sudah
bekerjasama dengan Young & Rubicam, salah satu perusahaan
periklanan raksasa dari Amerika.
Mengenai kerjasama dengan asing ini Nuradi merupakan salah
satu tokoh yang sangat kuat mempertahankan
ke-Indonesia-annya.
“Ini bisa mengantjam
pertumbuhan pers nasional”, katanya, dan “biro-biro
iklan internasional yang berkeliaran di Jakarta
dalam waktu dekat bisa memaksa pers di Indonesia
mendjadi sematjam djuru-bitjara kaum industrialis besar”, lanjutnya.*( Majalah Tempo, 25 Maret 1972. )
Pada saat itu, memang terjadi semacam gelombang “anti
biro iklan asing” pada banyak perusahaan periklanan nasional.
Peraturan Pemerintah yang melarang masuknya modal asing
dalam industri periklanan pun sudah ada. Namun
penggunaan tenaga asing masih dimungkinkan,
meskipun terbatas pada tiga jabatan saja.
Jabatan-jabatan yang dianggap belum sepenuhnya dapat
diisi oleh tenaga-tenaga Indonesia ini adalah
Advertising
Consultant (konsultan periklanan di perusahaan periklanan),
Advertising Technical Adviser (penasehat teknis di
perusahaan periklanan), dan Advertising Manager
(manajer periklanan di perusahaan pengiklan).
Ironisnya, pada era-globalisasi dan meredanya “gelombang
anti perusahaan periklanan asing” saat ini, justru jabatan
Technical Adviser merupakan satu-satunya jabatan yang
masih diijinkan. Mungkin suatu indikasi terjadinya
peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia
dalam industri periklanan nasional.
Selain Bhineka, perusahaan periklanan Fadjar Kamil juga
menjalin kerjasama dengan Mc Cann-Erickson, perusahaan
periklanan raksasa lain, yang juga dari Amerika
Serikat. Namun sulitnya memperoleh tenaga terlatih,
kemudian telah memaksa pula Nuradi dengan
InterVisa-nya melunakkan sikap untuk bekerjasama dengan
perusahaan asing. Kebetulan, dia memilih Mc Cann-Erickson
juga sebagai mitranya. Sukses Nuradi, membawa InterVisa
nyaris ke puncaknya, meskipun bukan dalam hal
omset*. Nuradi patut merasa bangga, bahwa
InterVista tercatat sebagai perusahaan periklanan
yang sangat disegani, dan unggul dalam hal mutu
karya-karyanya.
C. Fungsi dan Tujuan Periklanan
Pada dasarnya, tujuan akhir dari sebuah
periklanan, baik yang dilakukan oleh personal maupun perusahaan, adalah
untuk merangsang terjadinya penjualan (sales).
1. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Sebelumnya kita akan membahas hal-hal lain yang harus diperhatikan saat
membuat iklan, sehingga mendukung tercapainya tujuan tersebut.
a. Produk
Biasanya, iklan dibuat untuk memperkenalkan berbagai produk yang
dimiliki perusahaan atau produsen. Dalam iklan harus ditunjukkan secara
jelas mengenai merek, kemasan, mutu atau manfaat dari produk-produk
tersebut.
b. Harga
Untuk semakin menarik minat konsumen, perusahaan dapat menawarkan
peluang rabat pada iklan yang dibuatnya. Hal ini berguna agar konsumen
melakukan perbandingan harga dengan merek lain dari barang yang sejenis.
Harapannya, bagi konsumen yang memang mencari harga murah, tentu akan
tertarik dengan produk perusahaan tersebut.
c. Distribusi
Distribusi merupakan salah satu alat untuk terus menginformasikan
ketersediaan, pasokan dan layanan yang akan diberikan kepada khalayak
umum secara keseluruhan.
d. Promosi
Promosi ini meliputi menonjolkan keunggulan, menawarkan alternative atau
semacam subtitusi, cara baru penggunaan, membangun citra dan lain
sebagainya yang terkait dengan berbagai produk yang dimiliki perusahaan.
2. Fungsi Periklanan
Pada awalnya, fungsi iklan hanyalah salah satu jalan untuk memperkuat
dorongan kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk untuk
mencapai pemenuhan kepuasannya. Namun seiring dengan perkembangan zaman,
iklan menjadi badian terpenting untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimal.
Selain untuk mempengaruhi konsumen melalui materi dan visualisasinya,
iklan juga digunakan untuk mempertahankan konsumen yang sudah
menggunakan produk tersebut agar tetap menggunakannya. Berikut ini
beberapa fungsi iklan dalam kehidupan manusia.
a. Sebagai Sumber Informasi
Iklan memang merupakan dumber informasi bagi masyarakat untuk memilih
alternative produk yang lebih baik atau yang lebih sesuai dengan
kebutuhan. Hanya dengan iklan orang bias mengetahui berbagai produk
baru. Masyarakat tinggal melihat atau mendengar berbagai macam iklan
tersebut, kemudian menentukan pilihan.
b. Sebagai Kegiatan Ekonomi
Salah satu fungsi iklan adalah untuk kegiatan perekonomian, entah untuk
jangka panjang atau pendek. Kegiatan ekonomi tentu merupakan kegiatan
yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Mereka semakin berlomba-lomba dalam
mendapatkan keuntungan yang besar.
Dengan beriklan secara tidak langsung akan membuat para pelaku ekonomi
tetap memperoduksi dan memperdagangkan produk mereka. Sedangkan bagi
konsumen akan membeli berbagai produk tersebut dengan konsekuensi yang
berbeda-beda. Dengan begitu maka perputaran mata uang tidak akan pernah
berhenti. Kegiatan perekonomian dalam kehidupan akan terus berjalan
secara alamiah.
c. Sebagai Pembagi Beban Biaya
Secara tidak langsung, periklanan juga sangat membantu terciptanya skala ekonomi yang besar bagi setiap produk yang dihasilkan.
Adanya skala ekonomi yang besar ini, akan berdampak dengan menurunnya
biaya produksi dan distribusi per-unit atas produk tersebut. Pada
gilirannya harga jual dimasyarakat akan menjadi murah.
d. Sebagai Sumber Dana Media
Selain orang yang memiliki produk, media yang dibuat untuk beriklan juga
akan mendapaykan dampak positif dengan adanya iklan ini. Kedua pihak
sama-sama mendapatkan keuntungan yang besar.
Jika iklan dipasang dimedia cetak, maka secara tidak langsung periklanan
akan menunjang harga eceran atau langganan media surat kabar tersebut.
Sehingga media yang digunakan promosi juga akan terjual keras. Begitu
pula dengan media elektronik. Namun begitu, dibandingkan media cetak,
media elektronik seperti televise, mematok harga yang relative lebih
tinggi, sehingga tidak semua orang bisa beriklan disana.
e. Sebagai Identitas Produsen
Iklan juga berfungsi untuk mengenal identitas dari produsen barang
tersebut. Karena memang tidak semua konsumen mengetahuii produsen yang
membuat barang yang dibeli dan dipakainya setiap hari. Pengenalan
identitas produsen ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan bagi
konsumen untuk tetap menjadi konsumennya. Selain itu pengenalan
identitas produsen ini juga dimaksudkan agar konsumen dapat membedakan
dan tidak salah dengan barang milik produsen lain.
f. Sebagai Saran Control Kualitas Barang
Saat ini banyak sekali barang tiruan masuk dipasaran. Oleh karena itu,
peran iklan sangat penting untuk memberi petunjuk pada konsumen agar
tidak salah membeli barang tiruan. Melalui kegiatan periklanan,
masyarakat akan terbantu untuk membedakan berbagai produk resmi dengan
tiruan.
3. Tujuan Periklanan
a. Menciptakan Pengenalan Merek Produk
Pengenalan ini meliputi desain secara lengkap dari produk tersebut, termasuk berbagai kelebihan yang ada didalamnya.
b. Mengkomunikasikan Konsep Produk
Iklan yang dipasang harus bisa mengkomunikasikan produk yang diiklankan.
Hal ini yang menjadi kelebihan iklan dari segi fungsional, psikologis
atau nilai pasar sasaran. Disini diharapkan, orang sudah mampu
mengetahui berbagai barang yang diiklankan dan memunculkan rasa
penasaran yang pada akhirnya memicu untuk membeli produk tersebut.
c. Mendorong Khalayak Umum Untuk Mencoba
Dengan memasang iklan orang akan tahu barang baru yang sekarang ini
diproduksi. Hal ini akan memunculkan sikap penasaran dan rasa inigin
memiliki barang tersebut. Itu berarti, iklan yang dipasang sudah
berfungsi sebagaimana mestinya, untk menarik minat orang agar membeli
apa yang diiklankan
d. Mendukung Terjadinya Penjualan
Salah satu manfaat pemasangan iklan adalah mendorng orang untuk membeli
berbagai produk yang diiklankan tersebut.sehingga penjualanpun akan
meningkat dari hari ke hari.
e. Membina Loyalitas Konsumen
Disamping untuk memasarkanproduk, iklan juga bisa digunakan sebagai
tolok ukur tingkat loyalitas yang dimiliki oleh konsumen terhadap produk
yang ditawarkan.
f. Mengumumkan Cara Baru pemanfaatan
Tidak semua orang mengetahui cara kerja dan kegunaan dari produk yang
dibelinya. Melalui iklan, konsumen bisa mengerti tentang barang baru
tersebut dan cara memanfaatkannya tanpa harus pusing-pusing bertanya
pada pihak penjual (bukan produsen).
g. Meningkatkan citra
Meningkatnya citra produk, secara tidak langsung akan menjadi satu
langkah bagus untuk mempengaruhi seseorang agar semakin tertarik dengan
barang tersebut. Salah satu jalan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
citra tersebut adalah dengan beriklan.