Minggu, 13 September 2015

PERIKLANAN


A. Pengertian Periklanan

Iklan merupakan suatu pesan tentang barang/jasa (produk) yang dibuat oleh produser/pemrakasa yang disampaikan lewat media (cetak, audio, elektronik) yang di tujukan kepada masyarakat. Tujuan iklan adalah agar masyarakat tertarik untuk membeli atau menggunakan barang atau jasa tersebut.Periklanan  merupakan suatu bentuk komunikasi dengan tujuan mengajak orang yang melihat, membaca atau mendengarnya untuk melakukan sesuatu. Promosi pada umumnya mencakup nama produk atau layanan serta bagaimana produk dan layanan tersebut dapat memberikan manfaat bagi pembeli dalam rangka untuk mengajak calon pembeli yang memiliki potensial untuk membeli atau mengkonsumsi produk tertentu. 

B.Sejarah Periklanan 

  • Sejarah Periklanan Dunia

    1. Periklanan di Jaman Mesopotamia
    Iklan sebagaimana yang terlihat sekarang sudah dikenal dalam peradaban bangsa-bangsa Mesopotamia dan Babilonia kira-kira 3000 tahun sebelum masehi. Pada jaman ini para pedagang menyewa perahu dan mengutus pedagang keliling untuk mengantar hasil-hasil produksi kepada konsumen. Sistem pengedaran dilakukan dari rumah kerumah. Atau dengan mengunakan “tukang teriak kota“.
    Iklan awalnya disini mengunakan bentuk pesan berantai disebut juga the word of mouth. Hal ini dilakukan untuk membantu kelancaran jual beli didalam masyarakat yang masih belum mengenal huruf.
    2. Periklanan di Jaman Yunani dan Romawi.
    Kebiasaan berdagang door to door masih terus dilakukan dan dipertahankan sebagai suatu system pemasaran di jaman Yunani dalam perdagangan antar kota (polis) . Kebiasaan itu juga terdapat di masyarakat Romawi.
    Periklanan di Jaman Romawi nampaknya lebih maju selangkah dari cara-cara yang dilakukan sebelumnya. Selain
    kerena penyebaran informasi secara sepihak melalui pahatan pada dinding kota (relief) maka telah terjalin system pertukaran informasi secara cepat antara produsen dan konsumen. Keistimewaan system perdagangan di jaman romawi nampak karena mereka mulai mengarahkan pesan dan produk pada segmen pasar jelas karena segmen itu telah direncanakan terlebih dahulu.
    Dimana pengantaran barang dilakukan setelah konsumen dipersuasi dengan informasi tentang barang-barang tersebut.
    Pada jaman Romawi ini pengunaan tanda , symbol atau papan nama juga mulai banyak di pasang di toko-toko. Bukti ini bisa dilihat dari stempel batu milik T. Vindaius Ariovertstus yang isinya menjajakan “obat paling mujarab dan tidak terkalahkan” dengan merek Chloron yang ditemukan di Inggris.
    Penggunaan simbol diluar tempat usaha yang berupa iklan cetak disebut hoarding adalah cikal-bakal penggunaan media luar ruang yang dikenal saat ini.
    3. Periklanan di jaman Pertengahan sampai abad 18
    Menurut Bovee (1986). Peralihan pesan-pesan iklan dari relief kota Pompei ke atas kertas untuk pertama kalinya dilakukan di Cina di saat kertas ditemukan ( 1275). Selanjutnya
    dikembangkan dengan penemuan mesin cetak yang pertama kali oleh Guttenberg di Mainz, Jerman (1455). Dimulailah penyebaran pesan iklan melalui media cetak.
    Iklan cetak pertama muncul di Inggris tahun 1472, yaitu
    berbentuk poster tentang terbitnya buku-buku doa gereja. Iklan
    Siquis muncul di Inggris pada akhir abad 15. berupa iklan tempel (want ad / iklan cari). Iklan ini mengandung unsur frase “ Siapapun mengetahui” atau “siapapun yang menginginkan”. Surat kabar pertama terbit di London tahun 1650, surat kabar tersebut menggunakan cara-cara pemberitaan berbentuk iklan. Di Amerika serikat surat kabar yang pertama memasang iklan adalah Boston Newsletter pada tahun 1704. Benyamin Franklin dipandang sebagai orang AS pertama yang memperkaya informasi dari iklan dengan menambah suatu tekanan pada segi ilustrasi sehingga efek iklan makin kuat.
    Lembaga periklanan pertama di AS didirikan oleh
    Francis Ayer di Philadelphia pada tahun 1841. dengan nama N.W Ayer & Son. Periklanan yang ditata dengan cara bisnis modern baru dikenal tahun 1892 ketika N.W. Ayer mulai memperbaharui teknik penyampaian pesan untuk mempersuasi konsumen dengan merencanakan, menciptakan dan menjalankan kampanye iklan atas permintaan pengiklan.Pada tahun 1839, penemuan fotografi telah memberikan kemudahan dalam proses pembuatan iklan dan menambah kredibilitas dan dunia baru bagi kreativitas iklan.
    Di AS selajutnya perkembangan Periklanan media cetak surat kabar kemudian merambah pada media majalah, bulan juli 1844 iklan majalah pertama secara khusus muncul dimajalah Southern Messenger, di bawah arahan Edgar Allen Poe.
    Munculnya teknologi komunikasi seperti telepon, telegraf dan juga film masa periode ini membawa kemajuan tersendiri bagi dunia periklanan.
    4. Periklanan menjelang Abad 19 sampai tahun 1930.
    Menjelang akhir abad 18 atau di awal abad ke 19 dunia umumnya mengalami pertambahan penduduk khususnya pertambahan kemampuan membaca dan menulis terutama tejadi di AS dan Eropa. A.C.Nielsen, Daniel Strach, George Gallup , mulai melakukan penelitian tentang hakekat periklanan dan keseluruhan sistemnya serta mengumpulkan pendapat umum tentang seberapa jauh pengaruh iklan terhadap khalayaknya.Pada era ini juga mulai ada perubahan dalam penggunaan media dari media cetak kepenggunaan media
    elektronik. Iklan radio mulai dikenal pada tanggal 2 November 1920 di Pittsburg, Pensylvania, Penggunaan televisi diperkenalkan pada tahun 1930-an maka J. Walter Thomson mulai menjajagi pemasangan iklan melalui layar kaca.
    5. Periklanan Pasca Perang Dunai II.
    Menurut Bovee perkembangan periklanan sesudah perang dunia II sampai sekarang paling tidak terdiri dari tiga era. Era tersebut dipengaruhi perkembangan perekonomian dunia pada jamannya sampai penghujung abad 20:
    1. Era Unique Selling Proposition /USP.
    2. Era the positioning
    3. Era perhatian terhadap lingkungan ( Demarketing)
    6. Era Global Interactive

    Perkembangan teknologi baru diawal abad ke 21 membawa pengaruh yang besar bagi dunia periklanan. Televisi kabel dan satelit penerima memungkinkan orang untuk menonton saluran televisi yang memiliki program spesifik.
    Penggunaan televisi kabel menjadikan televisi berubah dari media yang memliki jangkauan yang luas ke penggunaan jangkauan yang lebih khusus. Teknologi komputer juga memberikan pengaruh yang besar bagi dunia periklanan dengan menggunakan internet dalam menjangkau konsumen yang potensial. Sifat interaktif dari internet memungkinkan
    konsumen untuk mencari informasi produk yang mereka
    inginkan.
  • Sejarah Periklanan Di Indonesia
    Harus diakui, bahwa tokoh periklanan pertama di Indonesia adalah Jan Pieterzoon Coen, orang Belanda yang menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1619-1629. Toko ini bukan hanya bertindak sebagai pemrakarsa iklan pertama di Indonesia, tetapi juga sebagai pengiklan dan perusahaan periklanan. Bahkan dia pun menjadi penerbit dari Bataviasche Nouvelle, suratkabar pertama di Indonesia yang terbit tahun 1744, satu abad setelah J.P. Coen meninggal.Praktisi periklanan sebagai tenaga spesialis yang khusus didatangkan dari Belanda yang terkenal di zamannya adalah “tiga-serangkai”; F. Van Bemmel, Is. Van Mens dan Cor van Deutekom. Mereka ini didatangkan atas biaya BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) dan General Motors yang perlu mempromosikan produk-produk mereka. Ketiga orang ini bergabung dalam Aneta, perusahaan periklanan terbesar saat itu. Pada tahun 1901 salah satu dari anggota tiga-serangkai ini, Bemmel, diminta oleh redaktur suratkabar De Locomotief untuk mengelola perusahaan periklanan milik suratkabar tersebut, yang juga bernama De Locomotief. Suratkabar De Locomotief sendiri terbit sejak tahin 1870 di Semarang. Tahun 1902, hanya satu tahun sejak kedatangannya ke Batavia, Bemmel hengkang untuk mendirikan perusahaan periklanan sendiri. Perusahaan periklanan ini diberinya nama NV Overzeesche Handelsvereeniging. Perusahaan periklanan ini utamanya menangani produk-produk impor, seperti mobil dan sepeda.
    Pada tahun 1910 Bemmel kembali ke negeri Belanda. Tidak diketahui alasan kepindahannya itu, namun di negeri Belanda ia kemudian berganti profesi. Uang yang dihimpunnya selama memiliki perusahaan periklanan di Hindia Belanda rupanya cukup untuk mendirikan sebuah bank.
    Menjelang akhir abad ke-19 perusahaan-perusahaan periklanan yang dimiliki dan dikelola oleh Cina keturunan mulai bermunculan. Resesi ekonomi yang melanda dunia tahun 1890 rupanya berdampak sangat buruk bagi dunia usaha. Termasuk banyak percetakan pers milik orang-orang Belanda. Peluang inilah yang ternyata mampu dimanfaatkan oleh kelompok Cina keturunan.
    Pelopor periklanan dari kelompok ini adalah Yap Goan Ho, yang memiliki perusahaan periklanan sendiri di Batavia. Yap Goan Ho sebelumnya adalah seorang copywriter di perusahaan periklanan De Locomotief. Perusahaan periklanannya diberi nama Yap Goan Ho, mulanya dikontrak olah suratkabar berbahasa Melayu, Sinar Terang (terbit 1888-1891). Perusahaan periklanan ini hanya bertahan tiga tahun, akibat bangkrutnya suratkabar Sinar Terang.
    Orang pribumi yang memiliki percetakan dan suratkabar, baru pada tahun 1906 dengan munculnya NV Medan Prijaji. Tiras suratkabar yang dipimpin oleh RM Tirto Adisoerjo ini utamanya beredar di Batavia, Bogor dan Bandung. Suratkabar ini sebenarnya punya misi politik, karena banyak memuat berita-berita tentang kebobrokan sistem kolonial. Dia sekaligus memberi juga perlindungan hukum bagi kaum pribumi. Namun untuk menjaga kelangsungan hidupnya, ia memerlukan juga perusahaan periklanan. Orang yang mengelola perusahaan periklanan Medan Prijaji adalah Raden Goenawan.
    Tokoh periklanan pribumi yang sangat patut diperhitungkan adalah Tjokroamidjojo. Dia memimpin NV Handel Maatschppij dan Drukkerij “Serikat Dagng Islam”, Semarang, yang menerbitkan suratkabar Sinar Djawa. Suratkabar ini merupakan suratkabar pribumi yang dapat bertahan agak lama (1914-1924).
    Karir Tjokroamidjojo dimulai dengan bekerja sebagai pembantu redaksi di suratkabar De locomotief pada tahun 1906. Kemudian menjadi penulis naskah iklan di suratkabar Pemberita Betawi. Pada tahun 1908 dia mendirikan perusahaan batik di Pekalongan. Dari hasil perusahaan batik ini, dia membeli perusahaan penerbitan dan percetakan di Semarang.
    Perintis periklanan ini bernama Nuradi. Lahir di Jakarta, tanggal 10 Mei 1926. Seperti juga banyak pelaku periklanan modern, Nuradi pun tidak memperoleh pendidikan formal di bidang periklanan. Tahun 1946-1948 ia masuk Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (darurat). Kemudian masuk Akademi Dinas Luar Negeri Republik Indonesia (1949-1950). Tahun-tahun berikutnya dia banyak mengenyam pendidikan di Amerika Serikat. Dia menjadi orang Indonesia pertama
    yang diterima di Foreign Service Institute, US State Department, Washington DC. Selanjutnya belajar penelitian sosial di New School, New York (1952-1954) dan menyelesaikan studi bidang administrasi publik di Harvard University, Cambridge, Massachusetts. Kemudian selama setahun belajar bahasa di Universitas Sorbone dan Universitas Besancon, Perancis.Tahun 1945, dia juga dikenal sebagai orang pertama diangkat sebagai pegawai negeri di Departemen Luar Negeri dan di Departemen Penerangan. Yang terakhir ini, karena ia juga menjadi penyiar siaran Bahasa Inggris di Radio Republik Indonesia. Antara tahun 1946-1950, dia menjadi juru bahasa pribadi untuk Bung Karno, Bung Hatta dan Ir. Juanda dan tahun 1949 sempat menjadi kepala bagian penerjemah pada delegasi Indonesia ke Konperensi Meja Bundar di Den Haag, Negeri Belanda. Tahun 1950 dia ditunjuk untuk menjalankan misi khusus ke Uni Soviet dan menjadi anggota perwakilan tetap Indonesia di markas PBB, New York. Karier sebagai pegawai negeri telah membawanya terlibat dalam banyak lagi tugas sebagai anggota delegasi, baik untuk kepentingan nasional, maupun internasional. Dia mengundurkan diri dari Dinas Luar Negeri pada tahun 1957, untuk bergabung dengan Perwakilan PRRI Sementara untuk Singapura dan Hongkong.
    Perjalanan hidup Nuradi di dunia periklanan dimulai ketika tahun 1961-1962 mengikuti Management Training Course di SH Benson Ltd., London, perusahaan periklanan terbesar di Eropa saat itu. Sedangkan pengalaman praktek periklanan diperolehnya melalui cabang perusahaan tersebut di Singapura. Sekembalinya ke Jakarta (1963) dia mendirikan perusahaan periklanannya sendiri, InterVista Advertising Ltd..
    MERINTIS PERIKLANAN DI TV
    Keberadaan TV sebagai media baru di Indonesia sejak bulan Agustus 1962, telah merangsang Nuradi untuk juga menjadikannya wahan periklanan. InterVisa tercatat sebagai perintis masuknya iklan-iklan komersial di TVRI. Tahun 1963, tiga iklan pertama (yang masih berbentuk telop) di media ini, adalah untuk klien-klien berikut:
    • Hotel Tjipajung, yang kebetulan milik ayahnya sendiri.
    • PT Masayu, produsen alat-alat berat dan truk.
    • PT Arschoob Ramasita, yang dimiliki oleh Judith Roworuntu, sekaligus menjadi pembuat gambar untuk iklan-iklan InterVista.
    Setahun setelah itu, muncul iklan skuter Lambretta. Tetapi kali ini, sudah digunakan bentuk slide, yang juga merupakan rintisan saat itu. Iklan Lambretta pun merupakan iklan pertama yang diproduksi untuk dapat ditampilkan di bioskop-bioskop. Ini merupakan prestasi tersendiri pula bagi InterVista.
    Menurut Nuradi, kekuatan InterVista terletak justru pada akar budidaya Indonesianya. Pendapat ini mungkin benar, kalau kita perhatikan beberapa slogan yang diciptakan InterVista, seperti:
    • Produk susu kental manis; Indomilk …. sedaaap.
    • Produk bir; Bir Anker. Ini Bir Baru, Ini Baru Bir.
    • Produk rokok putih; Makin mesra dengan Mascot.
    • Produk skuter; Lebih baik naik Vespa.
    Periode tahun 1963-1967 InterVista juga tercatat sebagai perusahaan periklanan pertama yang melakukan adaptasi terhadap film iklan yang berbahasa Inggris, meskipun proses produksi akhirnya masih dikerjakan di Singapura. Bahkan pada periode ini, InterVista sudah memiliki sendiri sutradara untuk membuat film-film iklan para kliennya. Salah satu film iklan yang sangat sukses saat itu adalah iklan Ardath.
    KERJASAMA DENGAN ASING
    Meskipun InterVista dianggap sebagai perusahaan periklanan modern pertama di Indonesia, namun ia ternyata bukanlah yang pertama melakukan kerjasama dengan perusahaan periklanan asing. Karena tahun 1960, Franklyn, perusahaan periklanan milik orang Belanda yang kemudian berganti nama menjadi Bhineka, sudah bekerjasama dengan Young & Rubicam, salah satu perusahaan periklanan raksasa dari Amerika.
    Mengenai kerjasama dengan asing ini Nuradi merupakan salah satu tokoh yang sangat kuat mempertahankan ke-Indonesia-annya. “Ini bisa mengantjam pertumbuhan pers nasional”, katanya, dan “biro-biro iklan internasional yang berkeliaran di Jakarta dalam waktu dekat bisa memaksa pers di Indonesia mendjadi sematjam djuru-bitjara kaum industrialis besar”, lanjutnya.*( Majalah Tempo, 25 Maret 1972. )
    Pada saat itu, memang terjadi semacam gelombang “anti biro iklan asing” pada banyak perusahaan periklanan nasional. Peraturan Pemerintah yang melarang masuknya modal asing dalam industri periklanan pun sudah ada. Namun penggunaan tenaga asing masih dimungkinkan, meskipun terbatas pada tiga jabatan saja. Jabatan-jabatan yang dianggap belum sepenuhnya dapat diisi oleh tenaga-tenaga Indonesia ini adalah Advertising Consultant (konsultan periklanan di perusahaan periklanan), Advertising Technical Adviser (penasehat teknis di perusahaan periklanan), dan Advertising Manager (manajer periklanan di perusahaan pengiklan).
    Ironisnya, pada era-globalisasi dan meredanya “gelombang anti perusahaan periklanan asing” saat ini, justru jabatan Technical Adviser merupakan satu-satunya jabatan yang masih diijinkan. Mungkin suatu indikasi terjadinya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia dalam industri periklanan nasional.
    Selain Bhineka, perusahaan periklanan Fadjar Kamil juga menjalin kerjasama dengan Mc Cann-Erickson, perusahaan periklanan raksasa lain, yang juga dari Amerika Serikat. Namun sulitnya memperoleh tenaga terlatih, kemudian telah memaksa pula Nuradi dengan InterVisa-nya melunakkan sikap untuk bekerjasama dengan perusahaan asing. Kebetulan, dia memilih Mc Cann-Erickson juga sebagai mitranya. Sukses Nuradi, membawa InterVisa nyaris ke puncaknya, meskipun bukan dalam hal omset*. Nuradi patut merasa bangga, bahwa InterVista tercatat sebagai perusahaan periklanan yang sangat disegani, dan unggul dalam hal mutu karya-karyanya.

    Perintis periklanan ini bernama Nuradi. Lahir di Jakarta, tanggal 10 Mei 1926. Seperti juga banyak pelaku periklanan modern, Nuradi pun tidak memperoleh pendidikan formal di bidang periklanan. Tahun 1946-1948 ia masuk Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (darurat). Kemudian masuk Akademi Dinas Luar Negeri Republik Indonesia (1949-1950). Tahun-tahun berikutnya dia banyak mengenyam pendidikan di Amerika Serikat. Dia menjadi orang Indonesia pertama yang diterima di Foreign Service Institute, US State Department, Washington DC. Selanjutnya belajar penelitian sosial di New School, New York (1952-1954) dan menyelesaikan studi bidang administrasi publik di Harvard University, Cambridge, Massachusetts. Kemudian selama setahun belajar bahasa di Universitas Sorbone dan Universitas Besancon, Perancis.Tahun 1945, dia juga dikenal sebagai orang pertama diangkat sebagai pegawai negeri di Departemen Luar Negeri dan di Departemen Penerangan. Yang terakhir ini, karena ia juga menjadi penyiar siaran Bahasa Inggris di Radio Republik Indonesia. Antara tahun 1946-1950, dia menjadi juru bahasa pribadi untuk Bung Karno, Bung Hatta dan Ir. Juanda dan tahun 1949 sempat menjadi kepala bagian penerjemah pada delegasi Indonesia ke Konperensi Meja Bundar di Den Haag, Negeri Belanda. Tahun 1950 dia ditunjuk untuk menjalankan misi khusus ke Uni Soviet dan menjadi anggota perwakilan tetap Indonesia di markas PBB, New York. Karier sebagai pegawai negeri telah membawanya terlibat dalam banyak lagi tugas sebagai anggota delegasi, baik untuk kepentingan nasional, maupun internasional. Dia mengundurkan diri dari Dinas Luar Negeri pada tahun 1957, untuk bergabung dengan Perwakilan PRRI Sementara untuk Singapura dan Hongkong.
    Perjalanan hidup Nuradi di dunia periklanan dimulai ketika tahun 1961-1962 mengikuti Management Training Course di SH Benson Ltd., London, perusahaan periklanan terbesar di Eropa saat itu. Sedangkan pengalaman praktek periklanan diperolehnya melalui cabang perusahaan tersebut di Singapura. Sekembalinya ke Jakarta (1963) dia mendirikan perusahaan periklanannya sendiri, InterVista Advertising Ltd..
    MERINTIS PERIKLANAN DI TV
    Keberadaan TV sebagai media baru di Indonesia sejak bulan Agustus 1962, telah merangsang Nuradi untuk juga menjadikannya wahan periklanan. InterVisa tercatat sebagai perintis masuknya iklan-iklan komersial di TVRI. Tahun 1963, tiga iklan pertama (yang masih berbentuk telop) di media ini, adalah untuk klien-klien berikut:
    • Hotel Tjipajung, yang kebetulan milik ayahnya sendiri.
    • PT Masayu, produsen alat-alat berat dan truk.
    • PT Arschoob Ramasita, yang dimiliki oleh Judith Roworuntu, sekaligus menjadi pembuat gambar untuk iklan-iklan InterVista.
    Setahun setelah itu, muncul iklan skuter Lambretta. Tetapi kali ini, sudah digunakan bentuk slide, yang juga merupakan rintisan saat itu. Iklan Lambretta pun merupakan iklan pertama yang diproduksi untuk dapat ditampilkan di bioskop-bioskop. Ini merupakan prestasi tersendiri pula bagi InterVista.
    Menurut Nuradi, kekuatan InterVista terletak justru pada akar budidaya Indonesianya. Pendapat ini mungkin benar, kalau kita perhatikan beberapa slogan yang diciptakan InterVista, seperti:
    • Produk susu kental manis; Indomilk …. sedaaap.
    • Produk bir; Bir Anker. Ini Bir Baru, Ini Baru Bir.
    • Produk rokok putih; Makin mesra dengan Mascot.
    • Produk skuter; Lebih baik naik Vespa.
    Periode tahun 1963-1967 InterVista juga tercatat sebagai perusahaan periklanan pertama yang melakukan adaptasi terhadap film iklan yang berbahasa Inggris, meskipun proses produksi akhirnya masih dikerjakan di Singapura. Bahkan pada periode ini, InterVista sudah memiliki sendiri sutradara untuk membuat film-film iklan para kliennya. Salah satu film iklan yang sangat sukses saat itu adalah iklan Ardath.
    KERJASAMA DENGAN ASING
    Meskipun InterVista dianggap sebagai perusahaan periklanan modern pertama di Indonesia, namun ia ternyata bukanlah yang pertama melakukan kerjasama dengan perusahaan periklanan asing. Karena tahun 1960, Franklyn, perusahaan periklanan milik orang Belanda yang kemudian berganti nama menjadi Bhineka, sudah bekerjasama dengan Young & Rubicam, salah satu perusahaan periklanan raksasa dari Amerika.
    Mengenai kerjasama dengan asing ini Nuradi merupakan salah satu tokoh yang sangat kuat mempertahankan ke-Indonesia-annya. “Ini bisa mengantjam pertumbuhan pers nasional”, katanya, dan “biro-biro iklan internasional yang berkeliaran di Jakarta dalam waktu dekat bisa memaksa pers di Indonesia mendjadi sematjam djuru-bitjara kaum industrialis besar”, lanjutnya.*( Majalah Tempo, 25 Maret 1972. )
    Pada saat itu, memang terjadi semacam gelombang “anti biro iklan asing” pada banyak perusahaan periklanan nasional. Peraturan Pemerintah yang melarang masuknya modal asing dalam industri periklanan pun sudah ada. Namun penggunaan tenaga asing masih dimungkinkan, meskipun terbatas pada tiga jabatan saja. Jabatan-jabatan yang dianggap belum sepenuhnya dapat diisi oleh tenaga-tenaga Indonesia ini adalah Advertising Consultant (konsultan periklanan di perusahaan periklanan), Advertising Technical Adviser (penasehat teknis di perusahaan periklanan), dan Advertising Manager (manajer periklanan di perusahaan pengiklan).
    Ironisnya, pada era-globalisasi dan meredanya “gelombang anti perusahaan periklanan asing” saat ini, justru jabatan Technical Adviser merupakan satu-satunya jabatan yang masih diijinkan. Mungkin suatu indikasi terjadinya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia dalam industri periklanan nasional.
    Selain Bhineka, perusahaan periklanan Fadjar Kamil juga menjalin kerjasama dengan Mc Cann-Erickson, perusahaan periklanan raksasa lain, yang juga dari Amerika Serikat. Namun sulitnya memperoleh tenaga terlatih, kemudian telah memaksa pula Nuradi dengan InterVisa-nya melunakkan sikap untuk bekerjasama dengan perusahaan asing. Kebetulan, dia memilih Mc Cann-Erickson juga sebagai mitranya. Sukses Nuradi, membawa InterVisa nyaris ke puncaknya, meskipun bukan dalam hal omset*. Nuradi patut merasa bangga, bahwa InterVista tercatat sebagai perusahaan periklanan yang sangat disegani, dan unggul dalam hal mutu karya-karyanya.

    C. Fungsi dan Tujuan Periklanan
    Pada dasarnya, tujuan akhir dari sebuah periklanan, baik yang dilakukan oleh personal maupun perusahaan, adalah untuk merangsang terjadinya penjualan (sales).

    1. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
    Sebelumnya kita akan membahas hal-hal lain yang harus diperhatikan saat membuat iklan, sehingga mendukung tercapainya tujuan tersebut.
    a. Produk
    Biasanya, iklan dibuat untuk memperkenalkan berbagai produk yang dimiliki perusahaan atau produsen. Dalam iklan harus ditunjukkan secara jelas mengenai merek, kemasan, mutu atau manfaat dari produk-produk tersebut.
    b. Harga
    Untuk semakin menarik minat konsumen, perusahaan dapat menawarkan peluang rabat pada iklan yang dibuatnya. Hal ini berguna agar konsumen melakukan perbandingan harga dengan merek lain dari barang yang sejenis. Harapannya, bagi konsumen yang memang mencari harga murah, tentu akan tertarik dengan produk perusahaan tersebut.
    c. Distribusi
    Distribusi merupakan salah satu alat untuk terus menginformasikan ketersediaan, pasokan dan layanan yang akan diberikan kepada khalayak umum secara keseluruhan.

    d. Promosi
    Promosi ini meliputi menonjolkan keunggulan, menawarkan alternative atau semacam subtitusi, cara baru penggunaan, membangun citra dan lain sebagainya yang terkait dengan berbagai produk yang dimiliki perusahaan.
    2. Fungsi Periklanan
    Pada awalnya, fungsi iklan hanyalah salah satu jalan untuk memperkuat dorongan kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk untuk mencapai pemenuhan kepuasannya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, iklan menjadi badian terpenting untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
    Selain untuk mempengaruhi konsumen melalui materi dan visualisasinya, iklan juga digunakan untuk mempertahankan konsumen yang sudah menggunakan produk tersebut agar tetap menggunakannya. Berikut ini beberapa fungsi iklan dalam kehidupan manusia.
    a. Sebagai Sumber Informasi
    Iklan memang merupakan dumber informasi bagi masyarakat untuk memilih alternative produk yang lebih baik atau yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Hanya dengan iklan orang bias mengetahui berbagai produk baru. Masyarakat tinggal melihat atau mendengar berbagai macam iklan tersebut, kemudian menentukan pilihan.
    b. Sebagai Kegiatan Ekonomi
    Salah satu fungsi iklan adalah untuk kegiatan perekonomian, entah untuk jangka panjang atau pendek. Kegiatan ekonomi tentu merupakan kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Mereka semakin berlomba-lomba dalam mendapatkan keuntungan yang besar.
    Dengan beriklan secara tidak langsung akan membuat para pelaku ekonomi tetap memperoduksi dan memperdagangkan produk mereka. Sedangkan bagi konsumen akan membeli berbagai produk tersebut dengan konsekuensi yang berbeda-beda. Dengan begitu maka perputaran mata uang tidak akan pernah berhenti. Kegiatan perekonomian dalam kehidupan akan terus berjalan secara alamiah.
    c. Sebagai Pembagi Beban Biaya
    Secara tidak langsung, periklanan juga sangat membantu terciptanya skala ekonomi yang besar bagi setiap produk yang dihasilkan.
    Adanya skala ekonomi yang besar ini, akan berdampak dengan menurunnya biaya produksi dan distribusi per-unit atas produk tersebut. Pada gilirannya harga jual dimasyarakat akan menjadi murah.
    d. Sebagai Sumber Dana Media
    Selain orang yang memiliki produk, media yang dibuat untuk beriklan juga akan mendapaykan dampak positif dengan adanya iklan ini. Kedua pihak sama-sama mendapatkan keuntungan yang besar.
    Jika iklan dipasang dimedia cetak, maka secara tidak langsung periklanan akan menunjang harga eceran atau langganan media surat kabar tersebut. Sehingga media yang digunakan promosi juga akan terjual keras. Begitu pula dengan media elektronik. Namun begitu, dibandingkan media cetak, media elektronik seperti televise, mematok harga yang relative lebih tinggi, sehingga tidak semua orang bisa beriklan disana.
    e. Sebagai Identitas Produsen
    Iklan juga berfungsi untuk mengenal identitas dari produsen barang tersebut. Karena memang tidak semua konsumen mengetahuii produsen yang membuat barang yang dibeli dan dipakainya setiap hari. Pengenalan identitas produsen ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan bagi konsumen untuk tetap menjadi konsumennya. Selain itu pengenalan identitas produsen ini juga dimaksudkan agar konsumen dapat membedakan dan tidak salah dengan barang milik produsen lain.
    f. Sebagai Saran Control Kualitas Barang
    Saat ini banyak sekali barang tiruan masuk dipasaran. Oleh karena itu, peran iklan sangat penting untuk memberi petunjuk pada konsumen agar tidak salah membeli barang tiruan. Melalui kegiatan periklanan, masyarakat akan terbantu untuk membedakan berbagai produk resmi dengan tiruan.
    3. Tujuan Periklanan
    a. Menciptakan Pengenalan Merek Produk
    Pengenalan ini meliputi desain secara lengkap dari produk tersebut, termasuk berbagai kelebihan yang ada didalamnya.
    b. Mengkomunikasikan Konsep Produk
    Iklan yang dipasang harus bisa mengkomunikasikan produk yang diiklankan. Hal ini yang menjadi kelebihan iklan dari segi fungsional, psikologis atau nilai pasar sasaran. Disini diharapkan, orang sudah mampu mengetahui berbagai barang yang diiklankan dan memunculkan rasa penasaran yang pada akhirnya memicu untuk membeli produk tersebut.

    c. Mendorong Khalayak Umum Untuk Mencoba
    Dengan memasang iklan orang akan tahu barang baru yang sekarang ini diproduksi. Hal ini akan memunculkan sikap penasaran dan rasa inigin memiliki barang tersebut. Itu berarti, iklan yang dipasang sudah berfungsi sebagaimana mestinya, untk menarik minat orang agar membeli apa yang diiklankan
    d. Mendukung Terjadinya Penjualan
    Salah satu manfaat pemasangan iklan adalah mendorng orang untuk membeli berbagai produk yang diiklankan tersebut.sehingga penjualanpun akan meningkat dari hari ke hari.
    e. Membina Loyalitas Konsumen
    Disamping untuk memasarkanproduk, iklan juga bisa digunakan sebagai tolok ukur tingkat loyalitas yang dimiliki oleh konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
    f. Mengumumkan Cara Baru pemanfaatan
    Tidak semua orang mengetahui cara kerja dan kegunaan dari produk yang dibelinya. Melalui iklan, konsumen bisa mengerti tentang barang baru tersebut dan cara memanfaatkannya tanpa harus pusing-pusing bertanya pada pihak penjual (bukan produsen).
    g. Meningkatkan citra
    Meningkatnya citra produk, secara tidak langsung akan menjadi satu langkah bagus untuk mempengaruhi seseorang agar semakin tertarik dengan barang tersebut. Salah satu jalan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan citra tersebut adalah dengan beriklan.

     



Tidak ada komentar:

Posting Komentar